Minggu, 01 Februari 2009

Valentine’s Day (VD)

Kalo udah masuk bulan februari, temanya pasti nggak jauh dari cinta dan Valentine’s Day (VD). Yang pacaran siap-siap merayakannya. Yang lagi kasmaran, usaha biar pas 14 Februari bisa jadian. Yang nggak punya pacar? Bengong? Jangan!

INGAT SEJARAH

Lihat deh pertokoan, lepas dari lebaran, natal da tahun baruan, sekarang udah siap-saip lagi untuk ’berpink ria’ alias Valentine-an. Katanya sih VD yang tanggal 14 Februari itu momen tepat buat mengungkapkan cinta. VD pun berlabel ”Hari Kasih Sayang”. So, beraneka ragam kartu, pernak-pernik meramaikan pertokoan. Belum lagi acara-acara yang khusus diadakan untuk merayakan Valentine, di radio, televisi, mal, plaza, tabloid dan majalah.

Katanya Bung Karno nih, JaS MeRah. Jangan Sekali-kali Melupakan sejaRah. Meski konteksnya berbeda, bisa juga kita dipakai juga nih buat mengingat sejarahnya VD. Mungkin sobat sudah sering baca. Tapi disinilah pentingnya untuk terus kita ingat-ingat dan ulang-ulang story asli dari awal mula kejadian VD, biar nggak gampang dicipoain alias dbodohi. Apalagi momen ini sudah begitu dianggap biasa, padahal ehem, nggak ada yang biasa kalo akidah kita mencang-mencong alias terkotori. Oke, kita mulai dengan history!

FROM ROMAWI WITH LOVE (!!)

Suatu hari Santo Valentino, seorang pendeta kristen, menikahkan sepasang pemuda-pemudi. Kejadian yang biasa bukan? Tapi efek dari kejadian itu, Santo Valentino harus merelakan kepalanya dipenggal. Lho kok, bisa? Yap, sebab Santo Valentino telah melanggar peraturan yang dibuat Emprior Claudius II Gothicus. Sang emperior melarang pemuda-pemuda berstatus bujangan untuk menikah, sebab dia menganggap tentara yang masih single jauh lebih berprestasi dibanding yang sudah beristri. Hal inilah yang tidak disetujui Santo Valentino, sehingga dia ‘niekat’ menikahkan muda-sepasang mudi. Santo pun dieksekusi mati di Roma pada tahun 270 M dan dikuburkan di tepi jalan Flaminia.

Jauh sebelumnya, telah ada upacara keagamaan Romawi yang dianggap cikal bakal VD. Upacara ini disebut upacara Lupercalia, yakni untuk menyembah Dewa Lupercus (dewa kesuburan, padang rumput dan hewan peternak), yang juga dihubungkan dengan penyembahan Dewa Faunus sebagai dewa alam semesta dan pemberian wahyu. Upacara ini biasanya diadakan di bukit Falatine. Upacara dimulai dengan mengorbankan beberapa ekor kambing dan seekor anjing. Lalu dua pemuda dibawa ke sebuah altar. Sebuah pisau berlumuran darah disentuhkan di kening mereka dan mereka harus tertawa. Setelah itu darah di kening dibersihkan dengan kain wol yang dicelupkan ke dalam susu. Lantas mereka di bagi menjadi dua kelompok dan berlari ke arah yang berlawanan mengelilingi bukit dan tembok kota Falantine. Mereka mencambuki wanita yang di temui guna mengembalikan kesuburanny, namun para wanita itu dengan senang hati menerima cambukanitu (ihh... mau aja ya?!)

Baru pada masa Kaisar Constantin (280-370 M) upacara tersebut mendapat tambahan, yakni pesan-pesan cinta yang disampaikan oleh para gadis dan diletakkan dalam jambangan kemudian diambil para pemuda. Setelah itu mereka berpasangan dan berdansa yang diakhiri dengan tidur bersama alias zinah.

Pada tahun 494 M, dewan gereja yang dipimpin Paus Galasium I mengubah upacara tersebut dengan porofokasi (pembersihan dosa), dan mengubah upacara Lupercalia yang biasanya tanggal 15 Februari menjadi 14 Februari dan resmi ditetapkan pada tahun 496 M sebagai Valentine’s Day. Nah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar